Property Outlook 2013

click to enlargePasar properti Indonesia belum menunjukkan tanda-tanda stagnasi. Gairah pasar properti Indonesia tersebut kemungkinan besar akan tetap berlanjut, setidaknya sampai kuartal pertama tahun depan.

Menurut Arief Rahardjo, Senior Associate Director Research & Advisory Cushman & Wakefield, secara umum memang ada pertumbuhan ekonomi. Hanya, tantangannya ke depan adalah global crisis. Arief mengatakan, produk perkantoran sebagai salah satu sektor properti sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi. Maka dari itu, krisis global tetap menjadi faktor yang sangat menentukan.

"Tantangan lain di tahun 2013 adalah kemungkinan sulitnya mendapatkan ketersediaan baru untuk menampung permintaan terhadap lahan di kawasan industri," ujar Arief di Jakarta, Rabu (21 November 2012).

Namun demikian, Arief mengaku, tidak ada kekhawatiran mendasar untuk pasar properti di tahun 2013. Para pakar relatif optimistis dalam menghadapi tahun 2013. Satu-satunya hal yang akan sulit untuk diprediksi dan diantisipasi adalah kondisi keuangan global.

"Global financial tidak dapat kita antisipasi dampaknya. Seperti pada 2008, yang tidak kita pikirkan, dampaknya dari saham merembet ke BEI," ujarnya.

Di saat bersamaan, hal senada juga disampaikan President Director Paramount Serpong Tanto Kurniawan, saat menjabarkan 'Property Outlook 2013'. Menurut dia, pasar properti di 2013 mendatang tidak akan banyak berubah, apalagi permintaan masih lebih banyak dari penawaran. Hanya, akan ada beberapa hal yang akan mulai bergeser.

"Salah satu bentuk pergeseran tersebut adalah bertambahnya kehati-hatian para pengembang ketika meluncurkan produk baru. Dengan konsumen yang semakin cerdas, pengembang akan semakin jeli dalam memilih lokasi strategis, design, kelengkapan fasilitas, dan penentuan harga kompetitif sebelum melepas ke pasaran," ujarnya.

Menurut dia, perubahan kondisi akan sedikit terjadi lantaran semakin berkurangnya lokasi strategis yang tersedia. Pada 2012 kemarin, para pengembang telah mengeluarkan produk-produk terbaik mereka dalam area-area strategis sehingga kelangkaan justru akan terjadi di lokasi-lokasi strategis tersebut.

"Harga properti akan tinggi, tapi kenaikannya tidak setinggi periode sebelumnya. Perkiraannya antara 15 persen hingga 35 persen. Pengembang dengan konsep yang tidak baik, tapi memiliki lokasi yang baik masih bisa menikmati keuntungan," kata Tanto.

"Setidaknya bila dikelola dengan baik, properti akan naik sekitar 25 persen," tambahnya.

Pertumbuhan perekonomian saat ini tengah bergairah dan mengarah lebih baik untuk terus mendorong gairah pasar properti Indonesia. Gairah tersebut terbukti dengan transaksi properti yang terus terjadi sepanjang 2011 hingga 2012, dengan kenaikan harga yang terus mengiringi transaksi tersebut. Kita akan sampai pada satu kesimpulan bahwa pada 2011 sampai 2012 ini pengembang telah mengeluarkan produk-produk andalannya.

Tanto juga mengingatkan kemungkinan terjadi bubble, terutama jika para pengembang tidak mulai berhati-hati. Menurut Tanto, sebaiknya para pengembang tidak mengeluarkan terlalu banyak produk. Kelebihan pasokan beresiko memberikan citra, bahwa bisnis properti termasuk dalam klasifikasi bisnis over supply.

"Kelebihan pasokan mampu membuat harga properti menjadi stagnan. Pengembang yang tidak siap dengan stagnasi akan menurunkan harga," kata Tanto.

Karena itu, Tanto juga memperkirakan, dalam setahun mendatang para pengembang akan semakin berhati-hati dalam memasok jumlah unit. Hal ini agar harga bisa terus terjaga.

Jakarta Tetap Primadona

Dari beberapa wilayah di Asia yang menjadi incaran para pengembang dan pemburu properti, Jakarta masih menjadi pilihan utama.

Menariknya, Jakarta yang sudah dipadati oleh bangunan pencakar langit, justru menempati posisi atas dalam perburuan di pasar properti. Banyak yang bertanya mengapa Jakarta ? click to enlargePricewaterhouseCoopers dan Washington DC Land Institute menilai, pertumbuhan ekonomi Indonesia berhasil mengesankan investor global. Yang jelas, "Suku bunga dan inflasi berada di bawah kendali regulator. PDB Indonesia tumbuh sekitar 6.5% per tahun di mana investasi asing meningkat hingga 39% pada semester pertama tahun 2013," jelas survei PricewaterhouseCoopers dan Washington DC Land Institute seperti dikutip dari kompas.com.

Namun, ada beberapa hal patut diwaspadai menurut PricewaterhouseCoopers. Salah satunya adalah sulitnya mendapat pinjaman murah dari perbankan dan mendapatkan pengembang properti yang bisa dipercaya. Berikut 15 tempat di Asia yang menduduki puncak tertinggi di pasar properti. Mereka adalah:
01. Jakarta, Indonesia.
02. Shanghai, China.
03. Singapura, Singapura.
04. Sydney, Australia.
05. Kuala Lumpur, Malaysia.
06. Bangkok, Thailand.
07. Beijing, China.
08. Kota-kota sekunder China (Chongqing, Tianjin, Shen yang).
09. Taipei, Taiwan.
10. Melbourne, Australia.
11. Hong Kong, China.
12. Manila, Filipina.
13. Tokyo, Jepang.
14. Seoul, Korea Selatan.
15. Guangzhou, China.

Memang, bursa properti di Indonesia diyakini belum masuk fase bubble karena harganya terus merangkak naik. Beberapa pengembang apartemen mengaku dengan mudah menjual apartemennya meski belum dibangun. Pasar kredit perumahan juga tetap kebanjiran peminat manakala Bank Indonesia (BI) menaikkan minimal down payment (DP) KPR menjadi 30%.


Sumber: MS Magazine Desember 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar